Listen to Me and I’ll Believe in Politic [part 1]

author : ninanino a.k.a. ninasomnia

tittle : Listen to Me and I’ll Believe in Politic [part 1]

lenghts : twoshoots *maybe*

casts :

  • Kim Jonghyun SHINee as Kim Jonghyun
  • Billa as Han Shinbi
  • and another SHINee members
  • Widy as Kang Eunri

genre : romantic, friendship. [PG 13] Baca lebih lanjut

The One who Made My Heart was Beat (oneshoot)

jonghyun

tittle : The One who Made my Heart was Beat

author : ninanino a.k.a. ninasomnia (?)

lenght : oneshoot

casts :

  • Kim Jonghyun (SHINee)
  • Kim Kibum a.k.a. Key (SHINee)
  • Shin Sekyung
  • YOU as Han ________ *feel free to fill it with your name*

Disclaimer : Both of SHINee and Shin Sekyung do not mine. They belong to themselves. I do my story. Just read, enjoy and COMMENT please.

Note : Sebenernya baru-baru ini saya dan shinbi_billa *author disini* meramalkan FF #JongKyung. Ya sepertinya FF PALING GAJE SEUMUR HIDUP. ini bakal berakhir tanpa komentar karna kegejeannya. Ah yasudahlah. HAPPY READING~ once again, this fanfic proudly present for BLINGERS~

***

Kutelungkupkan kedua kakiku. Lalu membenamkan kepalaku diantara kedua lututku. Tangisku pecah. Segala emosi yang sedari tadi kutahan kini tak lagi bisa kupendam. Hatiku benar-benar sakit saat ini. Suasana apartemen yang sepi semakin membuatku larut dalam kesedihanku ini. Masa bodoh dengan mereka yang menganggapku kekanak-kanakan.

***

Aku hanya mencoba mencintaimu

Meski aku tahu, sedikitpun kau tak menyadarinya

Aku masih bertahan mencintaimu

Meski aku tahu, hanya rasa sakit yang akan kuterima

Aku tetap mencintaimu

Meski aku tahu, kau membenci hal itu

***

Flashback

“Jonghyunnie, kenalkan ini sahabatku.” Key menarikku. Agak sedikit kasar, tapi tak terlalu menyakitkan. Seorang namja dengan sebuah senyuman yang tak terlukiskan kini berdiri di hadapanku. Garis-garis wajahnya yang tegas, menampakkan kegagahannya. Sorot matanya cukup tajam tapi cukup menghangatkan. Tak lama sebuah tangan terulur ke arahku. Namja itu lagi-lagi menyunggingkan senyuman terbaiknya menurutku.

“Kim Jonghyun imnida.” Kusambut uluran tangan itu. Menggerakkannya pelan ke atas dank e bawah. Sedangkan aku sendiri, masih dengan suksesnya menatap kesempurnaan ciptaan Tuhan itu.

“Ya ! Han _______. Mau sampai kapan kau bengong seperti itu?”

Der. Key menyadarkanku kembali. Aish, bodohnya aku. Kenapa justru mempermalukan diri sendiri di hadapan namja tampan, saat kesan pertama pula. Segera saja kutarik kembali tanganku. Kucoba menundukkan kepalaku cepat. Menutupi raut wajah memerah yang mungkin saat ini jelas sekali terlihat dari wajahku.

“Agasshi, lalu siapa namamu?” Kudengar suara itu lagi. Suara yang begitu halus, hingga cukup membuatku kembali ke alam bawah sadarku itu lagi. Sekali lagi, kutatap kembali namja yang ada di hadapanku ini. Ya Tuhan, ia begitu sempurna. Wajahnya begitu tampan, pembawaan dirinya juga begitu dewasa, dan lagi suaranya bagaikan suara malaikat. Ah, mungkin aku saja yang bodoh. Selama ini hanya mengenal namja seperti setan macam Key ini.

“Aish, Jonghyunnie. Kau tak dengar tadi aku sudah menyebutkan namanya? Namanya Han _______. Ingat HAN ________.” Key menegaskan kembali perkataannya. Hari ini memang suasana hati Key tak begitu baik. Kudengar kekehan pelan keluar dari bibir mungil Jonghyun-sshi. Tawanya halus, seperti sebuah basa-basi pergaulan. Bukan bermaksud meremehkan.

“Aniyo Kibum-ah, aku ingin mendengar sendiri yeoja manis ini menyebutkan namanya.” Ia mengedipkan sebelah matanya ke arahku. Dan benar saja, ini kedua kalinya aku harus terjun kembali ke dunia khayalan. Ah, Jonghyun-sshi. Sepertinya kau ingin terus menggodaku dan mempermalukanku di depanmu.

“Ya ! Kim Jonghyun, dasar playboy kelas teri kau.” Key memukul perut Jonghyun-sshi pelan. Kulihat raut wajahnya berubah. Seperti menahan rasa sakit. Aish, apa benar pukulan Key begitu menyakitinya?

“Jonghyun-sshi, gwenchana?” Tanyaku khawatir. Ia tersenyum lalu menganggukkan kepalanya cepat.

“Gwenchana. Akhirnya aku bisa juga mendengar suara manismu itu agasshi.”

Deg.

Lagi-lagi ia membuaiku dengan kalimat-kalimat manis yang keluar dari bibirnya itu. Aku semakin heran kenapa ada mahluk sesempurna ia, bahkan saat Tuhan juga menciptakan mahluk semacam Key.

“Han ________ imnida.”

“Oh, ________-ah. Kupanggil kau seperti itu ya? Kita teman  bukan?”

Kusunggingkan senyumku lalu kuanggukkan kepalaku. Kudengar suara decakan pelan dari samping kananku. Kuyakini itu Key, ah mengganggu saja.

“Sudah cukup perkenalannya. Sekarang aku dan ________ ada urusan. Jonghyunnie, annyeong.” Key kembali menarik tanganku kasar. Membuatku hampir tersengkuyung beberapa kali. Umpatan-umpatan kecil hampir saja kulayangkan padanya kalau saja aku tak ingat kata nenekku. Jangan jadi perempuan pengumpat. Apalagi jika ada malaikat di dekatmu.

Aku tersenyum mengingat pesan bodoh itu. Kubalikkan badanku ke arah Jonghyun-sshi. Ia melambaikan tangannya ke arahku. Sedang satu tangannya yang lain, ia selipkan dalam saku celananya. Benar-benar pose seorang model.

***

Tuhan menciptakan jantung,

Agar terus berdetak selama kita masih hidup,

Tapi tahukan kau, bahwa ada saat dimana jantung

‘benar-benar berdetak’ ?

Aku yakin, inilah saatnya. Tuhan sudah menggariskan padaku. Jantungku telah berdetak. Membuatku yakin, bahwa inilah yang harus kuperjuangkan untuk masa depanku. Inilah, anugerah yang Tuhan ciptakan untuk manusia. Anugerah yang Tuhan berikan untuk membuat manusia saling mengasihi. Anugerah yang diyakini bernama cinta.

***

“Kau suka padanya ?” Key membuka suaranya. Raut wajahnya berbeda. Keseriusan nampak begitu jelas terpampang di matanya. Tak ada nada candaan dari pertanyaannya tadi.

“Aniyo. Aku tidak suka padanya. Aku mencintainya.” Kutegaskan kalimat terakhirku. Kulihat kembali perubahan air muka Key. Ia cukup tersentak dengan pernyataanku barusan. Tapi bagiku, ini sedikit mengurangi bebanku selama ini. Toh setidaknya, aku tak lagi menanggung rasa sakitnya cinta di diriku ini sendirian.

“________-ah, kau yakin? Tapi kita ini kan bersahabat. Kita bertiga bersahabat ________-ah. Aku tak ingin ada yang tersakiti dan menyakiti di sini. Kau tahukan kalau…” Segera kusela pembicaraannya. Ah, dia memang selalu berlebihan dalam menghadapi suatu masalah.

“Ara..ara.. Kibummie. Percintaan dengan sahabat itu bukan anugerah. Itu cobaan. Persahabatan memang dilandasi cinta, tapi jika cinta itu dilanjutkan dalam percintaan yang sebenarnya, belum tentu akan bertahan sebuah persahabatan. Begitu kan maksudmu?”

Key mengangguk lemah. Sorot matanya mulai meredup. Sebuah senyuman layaknya seseorang yang tengah kecewa justru kulihat diwajahnya sekarang. Ah aku tahu maksudmu Key. Kau hanya tak inginkan persahabatan kita bertiga hancur?

“Ternyata kau lebih tahu daripadaku.” Ia memaksakan dirinya membuka suara. Mencoba mencairkan suasana sepertinya. Ah, mianhe Key, kau jadi repot karna masalahku ini.

“Key aku mencintainya. Bukan menyukainya. Beda cinta dan rasa suka, kalau suka itu kita memerlukan sebuah alasan. Kalau cinta hanya satu alasan yang mendukung. Ketulusan Key. Aku tulus mencintainya. Hanya dia yang bisa membuat jantungku berdetak. Hanya dia yang bisa membuatku merasakan alasan ketulusan itu.”

Key menggelengkan kepalanya. Tangannya yang diam tak bergerak segera kuraih. Kugenggam erat. Mencoba untuk menenangkannya.

“Kau akan tahu saat kau mulai merasakan apa namanya cinta itu Key. Saat dimana jantungmu berdetak untuk seseorang.” Kutegaskan kata-kata itu sekali lagi. Aku tahu Key pasti saat ini sangat ketakutan seandainya persahabatan ini benar-benar hancur.

“Aku tahu. Aku tahu rasanya ________-ah.” Suaranya pelan. Nyaris tak terdengar. Meskipun aku tahu yang dikatakannya, aku yakin akan lebih baik jika aku tak membahasnya saat ini.

***

“_________-ah.” Sebuah suara yang begitu akrab kudengar tak jauh dari tempatku berdiri saat ini. Segera saja kuedarkan pandangan ke semua penjuru untuk mencari sosoknya itu.

“Jonghyunnie.” Kututup novel yang sedari tadi menemaniku. Perlahan kugeser tempatku duduk. Memberinya sedikit tempat untuk mengistirahatkan diri yang nampak begitu melelahkan.

“Kau sedang apa disini?” Jonghyun menanyaiku. Lagi-lagi sikap lembutnya itu kembali membuatku terkagum. Ia benar-benar sosok yang sempurna.

“Entahlah. Hanya sekedar beristirahat. Kau?” Ia mengernyitkan dahinya, lalu tertawa renyah.

“Aku hanya menikmati indahnya dunia. Kau tahu _______-ah, kurasa kau harus mencari namja chingu.” Ia meraih bahuku. Menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Membuat dapat mencium aroma tubuhnya itu.

“Namja chingu? Aku tak mengerti apa maksudmu Jonghyun-ah?” Kudorong tubuhnya. Agak kasar, tapi jujur saat ini aku tak mengerti maksud perkataannya tadi.

“Ye. Aku rasa kau harus belajar memperhatikan seseorang. Agar orang itu juga memperhatikanmu.”

***

Aku mencintaimu

Karna seperti katamu

Aku harus belajar memperhatikan orang yang aku cintai

Meskipun orang yang itu tak memperhatikanku

Karna itulah anugrah Tuhan

Berupa cinta

Kupikirkan kembali perkataan Jonghyun siang tadi. Aku harus mencari namja chingu? Apa ini sebuah alibi agar aku segera menyatakan cintaku padanya? Apa memang harus aku yang membuatnya sadar bahwa aku jatuh cinta padanya? Kuacak rambutku kasar. Kubanting tubuhku ke tempat tidur. Ah, saat ini aku benar-benar bingung.

***

Sender : Jonghyun

Message : hei nona cantik,

hari ini temui aku di taman ya J

aku ada perlu denganmu

Sebuah senyum tersungging di bibirku. Ah, Jonghyun-ah. Mungkin ini saat yang tepat untuk menyatakan perasaanku padamu. Segera saja kuraih mantelku. Berlari keluar rumah. Kudengar umma meneriakkan namaku. ‘Mian umma, anakmu sedang berjuang saat ini. Mencoba meminta pertanggung jawaban kepada seorang namja yang membuat jantung anakmu ini berdetak.’

***

Kugosok kedua tanganku. Cuaca kota hari ini cukup dingin. Kabut tipis melingkupi hampir seluruh jalan-jalan di kota ini. Dan bodohnya, karna terlalu bersemangat aku lupa memakai topi dan sarung tanganku. Kulirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kiriku. ‘Sudah hampir dua jam aku duduk seperti orang bodoh disini. Mana dia? Jonghyun-ah, setengah jam lagi kau tak datang. Aku akan pulang.’ rutukku.

Kurogoh saku mantelku. Mengambil ponselku yang sepertinya sejak tadi bergetar tak sabaran. ‘Omo, lima pesan singkat dan tujuh belas panggilan tak terjawab?’ batinku. Kutekan tombol hijau untuk mengecek. Semua ini dari Key. Aish, kurang kerjaan saja anak itu. Kubuka pesan pertamanya.

Sender : Kibum – kibum

Message : Ya, ________-ah,

kau jangan pergi ke taman dulu.

Atau setidaknya tunggu aku.

Ada-ada saja kau Key. Memangnya kenapa kalau aku pergi sendiri? Aku sudah besar tahu. Kubuka pesan keduanya.

Sender : Kibum – kibum

Message : Ya ! HAN ________ !

angkat telponku

Aku terkikik. ‘Setidak sabaran itukah kau Key? Hahaha. Maaf tadi ponselku dalam modus diam.’ Batinku. Kubuka pesannya ketiga.

Sender : Kibum – kibum

Message : aku di jalan. MACET.

tunggu aku.tahan Jonghyun sementara waktu.

Ingat! Jangan biarkan ia berbicara.

Arraseo ?

Ha? Apa maksudmu Key? Memangnya ada hal sepenting apa sampai kau mau menyusulku kesini? Kubuka pesan keeempatnya.

Sender : Kibum – kibum

Message : aku tak tahu kau sudah bertemu atau belum dengan Jonghyunnie.

Tapi sekali lagi kumohon padamu.

Jangan biarkan ia mengatakan apa-apa.

Yaksokhae?

Rasa penasaran itu menyerangku. Sebenarnya ada apa dengan Key? Kenapa dia harus sepanik itu saat tahu aku bertemu dengan Jonghyun. Karena penasaran berlebihan itulah, kuputuskan untuk langsung menghubunginya daripada membuka pesan kelimanya. Menurutku kali ini ia terlalu berbelit-belit. Padahal selama ini yang kutahu ia orang yang terlalu to the point. Baru kutekan tombol hijau di ponselku, kulihat Jonghyun melambaikan tangan ke arahku. Berlari kecil menghampiriku. Kuputuskan untuk menutup sambungan telepon tadi.

***

“Ah, _________-ah. Miannhe. Jalan kota hari macet sekali. Dan lagi pula tadi dia terlalu lama berdandannya.” Jonghyun menggaruk bagian belakang kepalanya. Sedangkan tangannya yang lain menunjuk seorang yeoja dengan gaun kuning yang saat ini berdiri disampingnya. Yeoja yang ditunjuk langsung bersemu merah.

“Ah oppa. Ne. Mianhada _________-sshi. Jonghyun oppa terlambat karena aku.” Ia membungkukkan badannya sopan. Senyuman manis terukir di bibir mungilnya. Cantik sekali. Entah kenapa aku merasa perasaanku mulai tidak enak saat ini.

“Ne. Gwenchaseumnika.” Kubungkukkan badanku. Sopan. Mencoba menghormati yeoja cantik ini.

“Hahaha. Miannhe Sekyung-ah.” Ia mengacak kepala yeoja itu pelan. Yeoja yang dipanggil Sekyung terlihat tidak terima dengar perlakuan Jonghyun. Ia mengerucutkan bibirnya. ‘Neomu kyeopta.’ Batinku. Jonghyun tertawa melihat tingkah yeoja itu. Entah kenapa, aku merasa adegan ini terlalu romantic dan aku tak pantas berada disini.

“Ah, _________-ah. Aku sampai lupa. Kenalkan dia Sekyung.” Ia meraih bahu yeoja itu. Mendekapnya cukup keras.

“Annyeonghasseyo _________-sshi. Shin Sekyung imnida.” Ia kembali membungkukkan tubuhnya. Senyuman itu kembali lagi tersungging di wajah cantiknya.

“Annyeonghaseyo Sekyung-sshi. Han _________ imnida.” Rasa penasaran mulai mengundangku. Sebenarnya siapa yeoja ini? Aku ingin membuka mulutku untuk menanyakan pada Jonghyun ia sudah terlebih dahulu menjelaskan.

“Sekyung dan aku sudah pacaran ________-ah. Baru sebulan sih. Kau sendiri kapan menyusul?”

Jeder. Mataku menatap matanya tajam. Mencoba mencari kebenaran itu. Tapi sepertinya ia serius dengan ucapannya barusan. Ia memasang senyum bahagia. Begitupula dengan Sekyung. Ah, kenapa harus seperti ini.

“YA! Han ________. Dari eh tadi eh aku eh meng ehm hub eh bungimu tapi…” Seseorang berteriak memanggilku. Aku hafal betul suaranya. Itu Key. Suara terengah-engahnya, teriakan galaknya. Key. Hanya Key yang bisa menyelamatkanku saat ini.

“Kibummie.” Jonghyun menyapanya. Aku tak tahu apa yang Jonghyun lakukan saat memanggil Key. Yang jelas aku tak sanggup menatap senyum bahagia itu. Aku betul-betul tak sanggup.

“Mianhe Jonghyun, aku ada urusan yang lebih penting daripada perkenalan bodoh ini dengan _______.” Key menarik tanganku kasar. Aku sempat terhuyung, tapi tetap kubiarkan. Aku tau, tanpa tarikan paksa Key mungkin aku takkan sanggup beralih dari tempatku tadi. Samar aku mendengar teriakan Jonghyun. Disusul umpatan yang menurutku hal terkasar yang pernah kudengar dari mulut manis Jonghyun itu.

***

“Menangislah.”

Kuangkat kepalaku. Kutatap wajahnya. Ia tampak begitu tampan saat ini. Pembawaannya dewasa tapi tunggu, kenapa aku merasa wajahnya amat menyedihkan.

“Gwenchana. Memangnya ada apa?” Kubuat suaraku seceria mungkin. Tapi sepertinya, bukan hal mudah menipu seorang Key.

“YA ! HAN __________ !” Bentaknya. Saat bersamaan pula aku justru tertawa. Semakin keras.

“KIM KIBUM. BISAKAH KAU BERHENTI MENERIAKIKU?” Kugertak Key cukup keras. Ia mengernyitkan dahinya lalu aku tertawa lepas sekali lagi.

“Memangnya ada apa denganku?” Suaraku melembut. Kuselipi nada manja di dalamnya.

“Kau belum tahu kalau Jonghyun dan Sekyung itu..” Ia menggantungkan ucapannya. Tapi aku tahu kemana arah pembicaraan ini. Kucoba menahan emosiku.

“Aku tahu. Maksudmu pacarankan? Kibummie, Key, atau siapapun namamu sekali lagi kutegaskan padamu ya..” Kuhentikan ucapanku. Mencoba menarik napas dalam sebelum melanjutkannya.

“Aku mencintai Jonghyun bukan menyukainya. Kalau aku hanya sekedar menyukainya, pasti saat ini aku sudah menampar, menjambak, dan kuku-kuku ini sudah bersemayam di wajah cantiknya karna emosi. Tapi sayangnya, aku MENCINTAI Jonghyun. Aku merelakannya asal ia bahagia. Tuhan sudah menggariskannya padaku dan aku percaya itu.” Panjang kujelaskan padanya. Raut kebingungan tampak begitu tersirat di wajahnya.

“Begini Key, aku sangat mencintai Jonghyun. Kalau kau tanya apa aku sakit, jujur aku sakit. Sangat sakit. Tapi kau lihat Jonghyun tadi. Dia nampak begitu bahagia dengan gadis itu. Harusnya ini saat untukku ikut bahagia dengannya. Begitu pula kau Key. Kita bertiga sahabat bukan?”

“Tapi Han ________, aku juga mencintaimu. SANGAT MENCINTAIMU.” Ia menekankan emosi pada kalimat terakhirnya. Aku sedikit terkejut, namun tak begitu kaget. Ini sudah dugaanku dari dulu.

“Miannhe Key. Tapi aku lebih menganggapmu sebagai kakak.” Kulangkahkan kakiku menjauhinya. ‘Mian Key, aku tak pantas untukmu.’

Flashback end

***

A million words would not bring you back to me

I know because I’ve tried,

Neither would a million tears

I know I’ve cried

Aku hanya seorang gadis yang mencintai seseorang dengan sangat egois. Aku berkata aku baik-baik saja di depan orang lain. Tapi justru tak berdaya saat berhadapan dengan hati kecilku. Aku mencintai orang yang membuat jantungku kembali berdetak. Tapi saat ini, orang itu juga yang menghentikan detakan ini.

Aku hanyalah seorang gadis biasa

Aku sadar aku bukan Tuhan yang bisa memberikan semuanya dengan ikhlas pada manusia

Aku sadar aku bukan malaikat yang bisa dengan sukarela menerima begitu saja perlakuan iblis

Aku egois? Memang.

Aku menangis dan berkeinginan merebutnya dari tangan gadis itu? Kalau benar lantas kalian mau apa.

Aku manusia biasa

With or without your attention, I’ll always love you

Dia yang membuat jantungku berdetak

Karena itu aku takkan semudah itu membiarkannya menghentikan detakan jantung itu

SARANGHAEYO KIM JONGHYUN…

***

“Love is like falling down

in the end you’re left hurt,

scarred,

and with a memory of it FOREVER”

***

sekian cerita saya paling gak jelas ini. syukur kalo ada yang baca. kalo gak juga gapapa =))
thanks for your attention. wait for your comments my dear =))

 

 

[FF] You Belong with Me *part 4*

Casts     :

  • Song Yooneun (Author)
  • Kim Kibum (SHINee)
  • Eunhyuk (Super Junior)
  • Choi Eun Jung (OCs)

Other Casts        :

  • Choi Minho (SHINee)
  • Song Yoora (OCs)

Length                  : Series

Genre                   : Romance, Friendship

Disclaimer           : I do my fanfic. I do not have Kim Kibum, Eunhyuk, and Choi Minho. They belong to themselves, their family, their groups, and SM Ent. And Song Yooneun belong to me. Just read it and enjoy this fanfic.

***

Flashback

Malam ini kucoba menghubungi Eunhyuk tapi ponselnya tidak aktif. Mungkin ia benar-benar marah. Eunhyuk memang benci dibohongi. Tiba-tiba aku teringat, kucoba menekan nomor ponsel Yooneun. Tapi sama sekali tak ada jawaban. Mungkin saat ini Yooneun sangat shock dengan kejadian tadi sore.

Pagi ini aku mencoba berangkat lebih pagi. Aku ingin memastikan keadaan kedua sahabatku. Setiba di gerbang sekolah, Yooneun menghampiriku. Aku sedikit tenang ia baik-baik saja. Kedua tangannya membawa dua kotak berwarna biru dan coklat. Ia tersenyum ke arahku. Aku membalasnya dengan lambaian tangannya.

”Annyong, Yooneun~ah. Apa yang kau bawa itu ?” tanyaku.

”Annyong. Oh, ini….”

Yooneun POV

Aku berjalan agak sedikit tergesa-gesa. Dua kado ini aku persiapkan untuk Kibum dan Eunhyuk. Mereka marah padaku karena mereka mengira aku berbohong. Aku akan mencari cara untuk berbicara dengan mereka dan menjelaskan ini semua. Kulihat Kibum berdiri tak jauh dari tempatku berdiri. Kulayangkan senyuman termanisku. Ia membalasnya dengan lambaian tangan hangat. Kurasa Kibum sudah melupakan masalah kemarin. Aku berlari kecil mendekatinya.

”Annyong, Yooneun~ah. Apa yang kau bawa itu ?” tanyanya padaku. Nada bicaranya masih Kibum yang biasa kemungkinan besar ia benar-benar telah melupakan masalah kemarin.

”Annyong. Oh, ini aku kemarin membeli kado untuk kau dan Eunhyuk.” jawabku singkat. Kulihat ia sepertinya bingung dengan jawabanku ini.

”Mwo ? Apa maksudmu ? Kau membeli untuk kami ? Memangnya kenapa ?” tanyanya penasaran.

”Ya ! Kim Kibum. Satu-satu tanyanya bisakan ? Aku minta maaf soal kemarin. Dan kalian ada undangan hari inikan ? Berikan ini saja sebagai kado.” jelasku. Aku lalu mengajak Kibum masuk ke kelas. Di perjalanan menuju kelas kujelaskan alasanku kemarin berada disana. Sepertinya Kibum mengerti. Aku juga memintanya agar ia tidak memberi tahu Eunhyuk bahwa hadiah ini adalah pemberianku. Karena aku yakin kalau Eunhyuk tahu dia pasti akan membuangnya.

”Gomawo Kibum~ah.” ucapku setelah ia mengerti semua yang kujelaskan.

”Ne.” ia menjawab dengan senyum tulus. Tapi tiba-tiba, raut wajahnya berubah. Kucoba menengok ke arah dimana ia mengarahkan sorot matanya.

Eunhyuk POV

Jujur sebenarnya aku malas masuk sekolah hari ini. Aku malas bertemu pembohong itu. Memang dia sahabatku, tapi sejak kapan aku punya sahabat pembohong. Kulangkahkan kakiku ke arah kelasku yang ada di ujung koridor ini. Aku meyakinkan diriku agar aku menghindari kontak mata dengannya. Atau emosiku pasti akan meledak nanti. Jujur hal yang paling kubenci adalah pembohong. Mungkin juga ini akhir persahabatanku dengannya. Hingga saat aku tiba di pintu kelas kulihat Kibum di tempat duduknya tengah berdiri, berbicara dengan seorang yoeja. Yoeja yang sejak tadi pagi kucoba untuk menghindarinya. Tapi kenapa aku sudah harus bertemu sepagi ini ? Kulihat Kibum menyadari kedatanganku. Tak berapa lama yoeja itu menoleh ke arahku. Langsung saja aku membuang muka. Ia berjalan kearahku. Omo, ia berjalan kearahku. Jangan sampai Tuhan.

”Annyong Eunhyuk~ah.” sapanya. Aku tidak melihat wajahnya apalagi membalas sapaannya. Ia yang sadar dengan apa yang kulakukan langsung pergi begitu saja. Ah, syukurlah.

Aku berjalan kearah tempat dudukku. Kubanting tubuhku ke bangku paling belakang ini. Aku mendesah nafas cukup keras. Tak berapa lama Kibum menghampiriku. Kulihat ia membawa sebuah kotak cukup besar berwarna coklat. Ia menyerahkan padaku.

”Ini. Semalam kau tak bisa kuhubungi. Aku terpaksa membeli kado ini sendiri. Kau pasti belum belikan ?” tanyanya ramah. Kulayangkan pandanganku kearahnya. Ia terlihat tersenyum tulus. Kubalas senyumannya dengan sebuah pelukan.

”Gomawo Kibum~ah. Kau memang benar-benar sahabatku. Tidak seperti, ” belum sempat aku melanjutkan kata-kataku kulihat yoeja itu telah kembali ke bangkunya. Sepertinya ia memang sedang mencuri dengar pembicaraan kami.

”Ah, sudahlah. Lupakan saja ! Aku juga malas mengingat seorang pembohong.” lanjutku. Kudengar Kibum menghela nafas pelan.

Malam ini aku sudah mempersiapkan semuanya. Kupakai kemeja berwarna putih dengan jas hitam ini. Sedikit terlihat formal memang, tapi ini semua demi yoejachingu-ku. Kuambil kunci motorku lalu kujemput Kibum dirumahnya. Kibum juga hampir sama denganku. Kemeja hitam jas hitam. ’Tampan juga chinguku yang satu ini’ batinku. Perlahan kugas motorku. Tak sampai lima belas menit kami sudah sampai di depan sebuah restoran.

Aku berjalan menghampiri kerumunan orang-orang itu. Kudengar Kibum berteriak memanggilku menyuruhku menunggunya. Memang aku berjalan terlalu tergesa-gesa tapi itu karena aku sudah terlambat. Tak berapa lama kutemukan yoejachingu-ku. Ia berlari kecil kearahku.

”Oppa..” sapanya manja.

”Ne. Mianhe chagiya, oppa terlambat.” pintaku padanya. Ia hanya tersenyum manis sambil menggeleng. ’Aigoo, cantik sekali yoeja-ku ini.’ batinku. Tiba-tiba seseorang menepuk bahuku pelan sambil menghela napas panjang.

”Ya ! Bisa tidak sih kau menungguku dulu. Kau taukan aku tidak bisa lari.” semprotnya padaku. Chinguku yang satu ini memang sedang tak tahu suasana romantis ya. Aku sedang berduaan dia malah mengganggu.

Tak lama setelah kami bertiga bercanda Eunjung memohon ijin padaku. Ia bilang ia harus memulai pesta sekarang. Aku dan Kibum mengikutinya. Setelah Eunjung memotong kue ulang tahunnya aku segera menghampirinya. Kulihat Kibum menjauhi kami. Sepertinya kali ini ia sadar untuk tidak menggangguku. Akhirnya aku bisa berduaan.

”Oppa, ada yang ingin aku kenalkan padamu.” katanya saat aku sudah berdiri di dekatnya. Kini kulihat seorang laki-laki yang kutahu dia kakaknya Eunjung tengah menggandeng seorang yoeja. Tunggu, sepertinya aku mengenal yoeja itu.

”Oppa, unni, kenalkan ini namjachingu-ku. Eunhyuk oppa, kenalkan ini oppaku Choi Minho dan ini yoejachingu-nya, Yoora unnie.” kata Eunjung memperkenalkan mereka. Tapi aku tidak terlalu mendengarkannya.

”Yoora noona.” seruku kaget.

”Eunhyukie. Kenapa kau bisa disini ?” tanya Yoora noona. Ia sepertinya kaget juga saat bertemu denganku.

”Kalian saling kenal ?” tanya Eunjung.

”Ne. Dia teman dongsaengku Eunjung. Jadi ini namjachingu-mu?” tanya Yoora noona pada Eunjung. Dari nadanya sepertinya mengejekku. Huh, awas kau noona.

Setelah saling menjelaskan tentang hubungan antara kami dan perkenalanku dengan Minho hyung, kami kembali melanjutkan pesta. Kibum kembali menghampi kami dan menyapa Yoora noona. Setelah pesta selesai kami kembali pulang. Aku mengantarkan Kibum kembali ke rumahnya. Setelah itu aku cepat-cepat pulang ke rumahku.

to be continued

mian kalo makin geje ceritanya

author lagi sakit ati

jadi mungkin endingnya rada lama

hahaha

[FF] You Belong with Me *part 3*

Casts     :

  • Song Yooneun (Author)
  • Kim Kibum (SHINee)
  • Eunhyuk (Super Junior)
  • Choi Eun Jung (OCs)

Other Casts        :

  • Choi Minho (SHINee)
  • Song Yoora (OCs)

Length                  : Series

Genre                   : Romance, Friendship

Disclaimer           : I do my fanfic. I do not have Kim Kibum, Eunhyuk, and Choi Minho. They belong to themselves, their family, their groups, and SM Ent. And Song Yooneun belong to me. Just read it and enjoy this fanfic.

***

Flashback

”Sudah beberapa hari kita tidak bicara. Sesibuk itukah kau Yoneun~ah ?” tanyaku dengan suara kubuat-buat.

”Iya Yooneun~ah. Kau kemana saja ?” tanya Kibum ingin tahu.

”Aku tidak kemana-mana. Kalian saja yang tidak pernah menyapaku.” jawabnya ketus. Kami berdua hanya tertawa mendengar jawaban yoeja yang satu ini.

”Chakkaman, jangan bilang kalian mau minta tolong padaku lagi. Benarkan dugaanku ?” introgasinya tiba-tiba. Aku dan Kibum langsung menghentikan tawa kami. Aku segera berlutut di kakinya. Agar ia tidak lari dari permintaanku ini.

”Wah, daebak ! Kau benar-benar daebak Yoneun~ah.” sahutku masih dalam keadaan berlutut.

”Ya ! Kau mau minta apa dariku ? Ppalii. Aku sedang sibuk.” katanya. Sepertinya ia mulai kembali ke dirinya yang biasa. Ini baru Yooneun-ku.

”Aku ingin minta tolong kau untuk….”

***

Yooneun POV

”Untuk apa? Ya ! Cepat katakan Eunhyuk.” selaku tak sabar. Mungkin lebih tepatnya karena aku benar-benar ingin cepat pergi dari hadapannya.

”Kau mau membantuku mencari kado untuk yoejachingu-ku?” pintanya.

”Yoejacingu-mu?” aku malah balik bertanya. ’Sejak kapan Eunhyuk punya yoejachingu? Kenapa aku tidak tahu. Jadi yang dibicarakan kemarin yoejachingunya?’ batinku.

”Ne. Yoejachinguku Choi Eunjung besok ulang tahun. Jadi aku ingin kau membantuku mencari kado ulang tahun yang cocok untuknya.” balasnya. Kali ini terlihat ia tersenyum dengan wajah memohon padaku. Mungkin dia memang sedang bahagia.

”Mian, aku tidak bisa.” kataku. Mungkin lebih tepatnya aku tidak mungkin bisa.

”Jebal, Yooneun~ah.” kali ini ia mengatakannya sambil berlutut. Tiba-tiba Kibum ikut-ikutan berlutut disampingnya. Kibum ikut memohon bersamanya. Aigo, kenapa sih mereka ini?

”Ya, Yooneun~ah ! Bantulah dia ! Kasihan Eunhyuk. Dia stres sekali mau memberi yoejachingunya apa untuk ulang tahunnya. Jebal !” sahut Kibum ikut campur.

”Mianhe Eunhyuk, mianhe Kibum. Aku benar-benar tidak bisa. Aku sedang tidak enak badan hari ini. Mianhe, jeongmal mianhe.” kataku. Aku lalu berjalan pergi meninggalkan tempat itu sebelum mereka lebih dulu meminta yang tidak-tidak. Aku terus berjalan hingga akhirnya aku sampai di depan toilet wanita. Aku masuk kedalamnya dengan setengah berlari. Tangisku langsung pecah saat aku menghadap ke arah kaca. ’Ya ! Yoon Eunie. Mengapa kau menangis ? Harusnya kau bahagia sahabatmu sudah punya yoejachingu. Harusnya kau ikut bahagia dengannya. Bukan malah menangis seperti ini. Dasar kau yoeja cengeng !’ teriakku dalam hati.

Ini dia yang kutunggu-tunggu, bel pulang. Aku dengan cepat segera mengemasi barang-barangku dan berlari meninggalkan mejaku. Aku berusaha menjaga untuk tidak berkontak mata dengan mereka, terutama Eunhyuk. Aku berjalan dengan cepat. Kudengar samar-samar suara Eunhyuk memanggilku, tapi kuabaikan dengan terus berjalan pulang. Di depan gerbang kulihat Yoora unnie sedang menunggu seseorang, sepertinya sedang menungguku. Aku mendekatinya untuk bertanya padanya. Tapi belum sempat aku bertanya, ia sudah menyeretku masuk ke mobilnya dengan setengah berteriak.

”Ya ! Kau ini lama sekali. Aku menunggumu dari tadi juga. Kalau kesorean nanti toko-toko sudah tutup.” cerocos Yoora unnie. Aigo, aku lupa kalau aku berjanji untuk menemani Yoora unnie. Ah, ini semua pasti karena Eunhyuk.

***

Eunhyuk POV

Sudah dua setengah jam aku berkeliling ApJundong. Tapi tak juga kutemukan hadiah apa yang tepat untuk yoejachingu-ku itu. ’Aigo, aku harus memberinya apa?’ pikirku. Kulihat Kibum sepertinya lebih bingung dari aku. Ia terlihat tengok kanan kiri sejak kita tiba disini tadi. Mianhe Kibum~ah, aku menyusahkanmu saja. Tak berapa lama aku melihat seorang yoeja. Dia sedang melihat-lihat baju di sebuah butik. Kalau dilihat dari postur tubuhnya sepertinya aku mengenalnya. Lagipula ia memakai seragam Chung Shii Hakyo, seragam yang sama denganku. Berarti ia teman sekolahku.

Kupastikan sekali lagi. ’Aku rasa aku mengenalnya.’ pikirku. Tanpa pikir panjang langsung saja kutarik jas Kibum. Kibum yang saat itu tengah menawar-nawar boneka terlihat terkejut dengan tindakanku ini. Dia berteriak-teriak marah tapi kuabaikan. Mataku hanya fokus pada yoeja itu saja. Semakin mendekatinya aku semakin yakin kalau aku mengenalnya. Dan benar, aku mengenalnya. Aku yakin itu dia, tanpa banyak bicara segera saja kuteriakkan namanya.

”Ya ! Yoneun~ah. ” bentakku dengan suara menggelegar*lebay banget*. Segera kuhampiri dia. Kibum yang dari tadi mengeluh karena kutarik kini ikut menoleh ke arah yoeja itu. Yoeja itu juga sedikit kaget dengan panggilanku tadi. Mungkin ia tidak menyangka akan bertemu denganku dan Kibum disini. Amarahku kini sudah ada di ujung kepalaku. Rasanya aku ingin meledak melihat ia ada disini. Padahal tadi ia bilang tidak enak badan.

***

Yooneun POV

Kenapa unnie harus mengajakku ke tempat seperti ini saat aku sedang bad mood sih? Tempat shopping itu jadi kelihatan tidak menarik di mataku. Unnie bilang yeodongsaeng-nya Minho oppa akan berulang tahun dan akan dirayakan di sebuah hotel bintang lima. Unnie mengajakku untuk membantunya mencari gaun yang pantas. Katanya sekalian aku juga mencari gaun yang sesuai. Setelah dua jam lebih kami berkeliling, kami belum menemukan gaun yang cocok. Unnie menyarankan padaku agar kita berpencar saja. Kuiyakan usulnya, aku lalu berjalan kearah timur.

Saat aku melewati sebuah butik kecil mataku terbius pada sebuah gaun tanpa lengan berwarna hitam. Sederhana namun sangat anggun. Cukup lama aku mengamati gaun itu hingga akhirnya aku mendengar suara seseorang memanggilku. Aku sangat hafal dengan suara itu.

”Ya ! Yoneun~ah.” teriak seseorang. Aku yakin dia pasti Eunhyuk. Kucoba menengokkan kepalaku pelan ke asal suara itu. Tapi saat kepalaku berhasil menoleh dengan sempurna Eunhyuk telah berdiri di depanku. Jarak kami kini kurang dari satu meter. Kulihat juga Kibum berdiri disampingnya. Kibum juga sama terkejutnya sepertiku.

”Yooneun, kau disini juga ? Sedang apa ?” sapa Kibum mencoba mencairkan suasana walaupun sepertinya sia-sia. Saat mulutku tengah mencoba bergerak Eunhyuk menyela jawabanku.

”Ya ! Kim Kibum. SUDAH CUKUP BASA-BASINYA.” teriak Eunhyuk marah. Sepertinya Kibum juga takut sama sepertiku. Kibum langsung diam tanpa berani menatap kearah Eunhyuk.

”Eunhyukie, Kibum~ah, annyong.” sapaku dengan senyum yang kubuat-buat.

”YA ! SEDANG APA KAU DISINI ? KAU BILANG KAU TIDAK ENAK BADAN. TAPI KAU MALAH BERMAIN KE TEMPAT SEPERTI INI. TEMAN MACAM APA KAU ?” gertaknya marah. Terdengar jelas ada penekanan disetiap kata yang ia ucapkan. Tapi yang cukup membuatku sakit hati adalah kalimat terakhirnya. Apa ini Eunhyuk yang kukenal selama ini?

”Aku…aku… Aku bisa jelaskan kok Eunhyuk. Dengarkan dulu, ”

”AKU TAK PERLU PENJELASANMU. DASAR MUNAFIK ! KIBUM, KITA PERGI SEKARANG !” selanya masih dengan kemarahan penuh. Rasanya aku ingin menangis saat ini. Tapi aku harus menahannya. Tidak di tempat seperti ini. Tidak di depan Eunhyuk.

”Eunhyuk !” teriakku. Aku mencoba menghalanginya pergi. Tapi sepertinya aku tak mampu berlari mengejarnya.

***

Kibum POV

”Eunhyuk !” kudengar teriakan Yooneun. Aku mencoba menengok kearahnya. Tapi tiba-tiba,

”Jangan menengok !” gertak Eunhyuk. Aku hanya bisa menurutinya. Sejak kami bersahabat aku kenal dengan pasti sifat Eunhyuk. Jika ia sedang marah, jangan pernah menyelanya.

Sesampai kami di parkiran ia langsung menyalakan motornya. Seketika aku langsung meloncat ke arah motor hitam itu. Dan Eunhyuk langsung memacu motornya cepat. Aku tak tahu akan kemana Eunhyuk membawaku. Tapi mungkin lebih baik jika aku tidak bertanya paling tidak untuk saat ini.

Tak berapa lama, sampailah kami ke sebuah danau. Aku mengenal betul danau ini. Ini tempat pertama kali aku mengenal mereka. Tempat pertama kali aku mengenal Eunhyuk dan Yooneun.

”Kenapa kau membawaku kesini ?” tanyaku memecah kebisuan.

”Kenapa Yoneun tega membohongi kita ?” tanyanya marah. Dasar Eunhyuk babo. Tentu saja aku tak tahu jawabannya.’ Memang aku siapanya Yooneun ?’ batinku kesal.

”Mollayo Eunhyuk~ah. Tapi, aku yakin dia punya alasan jelas.” jawabku bijak mencoba menenangkannya.

”Apa ? Dia sedang ingin shopping ? Jadi tidak bisa membantu kita ? Aku tidak suka caranya dia membohongi kita itu. AKU BENAR-BENAR BENCI PEMBOHONG !” teriaknya. Saat ini aku tak tahu harus berkata apa.

”Tapi, tidak seharusnya kau mengatakan seperti itu kepadanya.” saranku.

”Hah. Terserahlah.” ucapnya.

Malam ini kucoba menghubungi Eunhyuk tapi ponselnya tidak aktif. Mungkin ia benar-benar marah. Eunhyuk memang benci dibohongi. Tiba-tiba aku teringat, kucoba menekan nomor ponsel Yooneun. Tapi sama sekali tak ada jawaban. Mungkin saat ini Yooneun sangat shock dengan kejadian tadi sore.

Pagi ini aku mencoba berangkat lebih pagi. Aku ingin memastikan keadaan kedua sahabatku. Setiba di gerbang sekolah, Yooneun menghampiriku. Aku sedikit tenang ia baik-baik saja. Kedua tangannya membawa dua kotak berwarna biru dan coklat. Ia tersenyum ke arahku. Aku membalasnya dengan lambaian tangannya.

”Annyong, Yooneun~ah. Apa yang kau bawa itu ?” tanyaku.

”Annyong. Oh, ini….”

to be continued

mian,

makin geje aja o.0

tunggu kelanjutannya di part 4 ya !

[FF] You Belong with Me *part 2*

Casts   :

  • Song Yooneun (Author)
  • Kim Kibum (SHINee)
  • Eunhyuk (Super Junior)
  • Choi Eun Jung (OCs)

Other Casts     :

  • Choi Minho (SHINee)
  • Song Yoora (OCs)

Length             : Series

Genre              : Romance, Friendship

Disclaimer       : I do my fanfic. I do not have Kim Kibum, Eunhyuk, and Choi Minho. They belong to themselves, their family, their groups, and SM Ent. And Song Yooneun belong to me. Just read it and enjoy this fanfic.

* * *

Flashback

”Kenapa kau dari tadi senyum-senyum? Wae gurae ?” tanyaku yang kali ini dengan nada khawatir. Memang benar, aku khawatir dengannya. Eunhyuk kami tidak seperti ini. Dia jarang tersenyum lebih banyak tertawa. Rasanya cukup aneh melihat Eunhyuk tersenyum tulus seperti tadi.

”Oh… Gwenchanayo. Aku hanya sedang senang saja.” sambutnya lagi-lagi dengan senyumannya. Ah, lama-lama aku jadi sebal. Wajahnya terlihat semakin tampan saja dibandingkan diriku yang biasa-biasa saja ini.

”Memangnya kenapa?” tanyaku lagi. Aku benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi dengan chinguku yang satu ini.

”Aku… aku… ehm…” jawabnya gugup dengan tetap tersungging senyuman di bibirnya yang mungil itu. Hah, membuatku penasaran saja.

”Kau kenapa?” tanyaku mulai kesal.

”Aku sedang jatuh cinta Key.” jawabnya singkat.

”Mwo ?”

* * *

Yooneun POV

Kudengar Kibum memanggil Eunhyuk kubetulkan dudukku agak kebelakang agar aku bias mendengarkan apa yang mereka katakan. Tidak terlalu jelas, mungkin karena suasana kelas yang terlalu ramai. Tapi tiba-tiba kudengar suara Kibum setengah berteriak. Aku semakin memundurkan kursiku. Aku benar-benar penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

“Dengan siapa ?” kudengar suara Kibum pelan. Mungkin cenderung berbisik.

”Eunjung. Choi Eunjung. Anak kelas XI-3” jawab Eunhyuk.

”Yang tadi ?” tanya Kibum. Tak ada jawaban. Kutebak ia menjawab dengan anggukan kepala sehingga aku tak bisa melihat atau mendengarnya. ’Jadi namanya Eunjung. Dan dia hoobaeku.’ batinku dalam hati. Tak berapa lama kudengar bunyi bel sekolah. Dan tak lama Kang Songsaenim masuk ke kelas kami. Aku cepat-cepat membetulkan kursiku ini.

Sejak kejadian pagi ini, aku berusaha menghindari Kibum dan Eunhyuk. Mungkin karena aku masih syok dan bingung tentang siapa Eunjung itu. Yah, selama aku belum tahu dengan benar lebih baik aku menghindari mereka dulu untuk sementara

Sudah tiga hari sejak pagi itu aku tidak bertegur sapa dengan mereka. Kulirik jam ditanganku. Istirahat makan siang masih dua puluh menit, lebih baik aku pergi ke ruang OSIS saja. (emang di Korea ada OSIS ya?)

~You can see that I’m the one who understands you, been here all along so why can you~

Ponselku berbunyi kulirik sebentar kearah layer ponsel abu-abuku itu. Yoora Unnie. Kutekan angkat dan aku mulai bicara,

“Yoboseoyo…” sapaku memulai percakapan.

“Yoboseoyo saengie. Kau masih di sekolah ?” tanya unnieku diseberang sana.

“Ne. Waeyo ? Unnie mau mengajakku belanja lagi ? Aku tidak punya uang lagi Un. Unnie sudah membuatku kehabisan uang sakuku bulan ini.” selaku tanpa berhenti.

“Hahaha… Kau tahu saja saengie~ah. Tenang saja, kali ini aku yang akan membayar semuanya. Asalkan kau mau menemani unniemu ini. Nanti unnie jemput pulang sekolah. Bagaimana ? Arasseo ?” suara unnie semakin terdengar memaksa di telingaku.

”Ne. Arasseo.” jawabku. Lalu kumatikan ponselku. ’Huh, dasar unnie. Tukang maksa.’ umpatku dalam hati.

Aku lalu membereskan meja rapat OSIS ini. Lalu berjalan kembali kearah kelasku. Tapi baru lima langkah dari ruang OSIS itu aku bertemu mereka berdua Kibum dan Eunhyuk. Omo~

* * *

Eunhyuk POV

”Kau tanya saja pada Yooneun. Dia pasti lebih mengerti dibandingkan aku. Dia kan yeoja.” usul Kibum padaku. Benar juga apa yang dikatakan Kibum. Kenapa aku tidak tanya pada Yooneun. Tiba-tiba kulihat Yooneun berjalan berlawanan arah dengan kami. Sepertinya dia baru dari ruang OSIS. Ah, kutanyakan padanya saja.

”Yoneun~ah.” kupanggil dia dengan panggilan kecilnya. Kulihat ia agak terkejut. Aku tidak tahu ia terkejut karena bertemu kami atau karena panggilanku itu.

”Wae? Tak perlu teriak kau Lee Hyuk Jae. Aku tidak tuli.” balasnya. Sepertinya ia sedang kesal. Lebih baik aku tidak mencari masalah saja dengannya.

”Sudah beberapa hari kita tidak bicara. Sesibuk itukah kau Yoneun~ah ?” tanyaku dengan suara kubuat-buat.

”Iya Yooneun~ah. Kau kemana saja ?” tanya Kibum ingin tahu.

”Aku tidak kemana-mana. Kalian saja yang tidak pernah menyapaku.” jawabnya ketus. Kami berdua hanya tertawa mendengar jawaban yoeja yang satu ini.

”Chakkaman, jangan bilang kalian mau minta tolong padaku lagi. Benarkan dugaanku ?” introgasinya tiba-tiba. Aku dan Kibum langsung menghentikan tawa kami. Aku segera berlutut di kakinya. Agar ia tidak lari dari permintaanku ini.

”Wah, daebak ! Kau benar-benar daebak Yoneun~ah.” sahutku masih dalam keadaan berlutut.

”Ya ! Kau mau minta apa dariku ? Ppalii. Aku sedang sibuk.” katanya. Sepertinya ia mulai kembali ke dirinya yang biasa. Ini baru Yooneun-ku.

”Aku ingin minta tolong kau untuk….”

to be continued

sekian chingu

tunggu part 3 nya ya !

gomawo udah baca (padahal gak tahu ada yang baca apa enggak?)

Lee HyukjaeKim Kibum

[FF] You Belong with Me *part 1*

Casts   :

  • Song Yooneun (Author)
  • Kim Kibum (SHINee)
  • Eunhyuk (Super Junior)
  • Choi Eun Jung (OCs)

Other Casts     :

  • Choi Minho (SHINee)
  • Song Yoora (OCs)

Length             : Series

Genre              : Romance, Friendship

Disclaimer       : I do my fanfic. I do not have Kim Kibum, Eunhyuk, and Choi Minho. They belong to themselves, their family, their groups, and SM Ent. And Song Yooneun belong to me. Just read it and enjoy this fanfic.

* * *

Yooneun POV

Berkali-kali aku menengok ke arah gerbang. Tak juga kulihat ia datang. Aneh, kemana dia. Pikiranku mulai melayan kemana-mana. ’Apa terjadi sesuatu dengannya?’ batinku. Kulirik sekali lagi gerbang Chung Shii Hakyo itu. Sama sekali belum terlihat batang hidungnya. Padahal kata Lee Ahjumma dia berangkat pagi-pagi hari ini. Aigoo, kemana kau Eunhyuk-ah?

Tak berapa lama, aku kembali menengok ke arah gerbang itu, aku mulai melihatnya. Rasanya ingin aku berlari kearahnya dan bertanya darimana saja ia. Tapi kuurungkan niatku saat melihatnya tengah menggandeng tangan seorang yoeja. Huh !

”Mwo ! Yoeja ?” teriakku saat tersadar dengan apa yang baru saja kulihat itu. Aku memastikan sekali lagi apa benar dia bersama seorang yoeja. Bahkan aku bertanya pada teman yang duduk di depan bangkuku. Ia juga melihat hal yang sama dengan apa yang kulihat itu.

”Siapa yoeja itu? Kok, rasanya pernah melihatnya.” tanya Kibum mengagetkanku.

”Kibum~ah ! Kau baru datang ?” sapaku padanya. Kualihkan pandanganku kearahnya kini.

* * *

Kibum POV

Sudah sejak tadi keperhatikan Yooneun tengah menunggu seseorang. Tapi siapa ? Apa Eunhyuk ?’ tanyaku pada diriku sendiri. Ia terus terlihat cemas. Kucoba untuk menyapanya, tapi kuurungkan niatku saat ia bertanya pada Dongho tentang seseorang di luar sana. Kucoba menengok dari sela-sela tubuhnya yang semampai itu.

“Siapa yoeja itu ? Kok, rasanya pernah melihatnya.“ ucapku buka suara. Kini aku tahu ia tengah menunggu Eunhyuk.

“Kibum~ah ! Kau baru datang ?“ tanyanya. Terlihat ia kaget dengan kedatanganku yang tiba-tiba.

”Anni. Aku datang sejak tadi. Dari tadi kau menunggu Eunhyuk ya ? Meman ada urusan apa ?” tanyaku penasaran.

”Ah, itu… ehm, bukan apa-apa kok. Ayo duduk ! Sebentar lagi bel masuk.” jawabnya terlihat kali ini ia sedikit gugup.

”Ne.” kataku sambil kembali ke tempatku duduk.

Tak berapa lama kulihat Eunhyuk masuk kelas. Ia tersenyum lebar. Seakan ada sesuatu hal besar yang telah membuatnya bahagia. ’Ah, Kibum babo ! Tanya saja dia kenapa !’ pikirku.

”Eunhyuk~ah !” panggilku sambil melambaikan tanganku tinggi-tinggi. Kulihat ia membalas lambaianku dan berjalan kearah mejaku (atau tepatnya meja kami).

”Gwenchana?” tanyaku padanya saat ia telah duduk di sampingku.

”Gwenchanayo. Wae ? Kenapa kau bertanya seperti itu ?” ia balik bertanya padaku. Huh, dasar Eunhyuk babo. Ditanyai malah bales nanya.

”Kenapa kau dari tadi senyum-senyum? Wae gurae ?” tanyaku yang kali ini dengan nada khawatir. Memang benar, aku khawatir dengannya. Eunhyuk kami tidak seperti ini. Dia jarang tersenyum lebih banyak tertawa. Rasanya cukup aneh melihat Eunhyuk tersenyum tulus seperti tadi.

”Oh… Gwenchanayo. Aku hanya sedang senang saja.” sambutnya lagi-lagi dengan senyumannya. Ah, lama-lama aku jadi sebal. Wajahnya terlihat semakin tampan saja dibandingkan diriku yang biasa-biasa saja ini.

”Memangnya kenapa?” tanyaku lagi. Aku benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi dengan chinguku yang satu ini.

”Aku… aku… ehm…” jawabnya gugup dengan tetap tersungging senyuman di bibirnya yang mungil itu. Hah, membuatku penasaran saja.

”Kau kenapa?” tanyaku mulai kesal.

”Aku sedang jatuh cinta Key.” jawabnya singkat.

”Mwo ?”

to be continued

sekian chingu

tunggu part 2 nya ya !

gomawo udah baca (padahal gak tahu ada yang baca apa enggak?)

KibumLee Hyukjae