tittle : The One who Made my Heart was Beat
author : ninanino a.k.a. ninasomnia (?)
lenght : oneshoot
casts :
- Kim Jonghyun (SHINee)
- Kim Kibum a.k.a. Key (SHINee)
- Shin Sekyung
- YOU as Han ________ *feel free to fill it with your name*
Disclaimer : Both of SHINee and Shin Sekyung do not mine. They belong to themselves. I do my story. Just read, enjoy and COMMENT please.
Note : Sebenernya baru-baru ini saya dan shinbi_billa *author disini* meramalkan FF #JongKyung. Ya sepertinya FF PALING GAJE SEUMUR HIDUP. ini bakal berakhir tanpa komentar karna kegejeannya. Ah yasudahlah. HAPPY READING~ once again, this fanfic proudly present for BLINGERS~
***
Kutelungkupkan kedua kakiku. Lalu membenamkan kepalaku diantara kedua lututku. Tangisku pecah. Segala emosi yang sedari tadi kutahan kini tak lagi bisa kupendam. Hatiku benar-benar sakit saat ini. Suasana apartemen yang sepi semakin membuatku larut dalam kesedihanku ini. Masa bodoh dengan mereka yang menganggapku kekanak-kanakan.
***
Aku hanya mencoba mencintaimu
Meski aku tahu, sedikitpun kau tak menyadarinya
Aku masih bertahan mencintaimu
Meski aku tahu, hanya rasa sakit yang akan kuterima
Aku tetap mencintaimu
Meski aku tahu, kau membenci hal itu
***
Flashback
“Jonghyunnie, kenalkan ini sahabatku.” Key menarikku. Agak sedikit kasar, tapi tak terlalu menyakitkan. Seorang namja dengan sebuah senyuman yang tak terlukiskan kini berdiri di hadapanku. Garis-garis wajahnya yang tegas, menampakkan kegagahannya. Sorot matanya cukup tajam tapi cukup menghangatkan. Tak lama sebuah tangan terulur ke arahku. Namja itu lagi-lagi menyunggingkan senyuman terbaiknya menurutku.
“Kim Jonghyun imnida.” Kusambut uluran tangan itu. Menggerakkannya pelan ke atas dank e bawah. Sedangkan aku sendiri, masih dengan suksesnya menatap kesempurnaan ciptaan Tuhan itu.
“Ya ! Han _______. Mau sampai kapan kau bengong seperti itu?”
Der. Key menyadarkanku kembali. Aish, bodohnya aku. Kenapa justru mempermalukan diri sendiri di hadapan namja tampan, saat kesan pertama pula. Segera saja kutarik kembali tanganku. Kucoba menundukkan kepalaku cepat. Menutupi raut wajah memerah yang mungkin saat ini jelas sekali terlihat dari wajahku.
“Agasshi, lalu siapa namamu?” Kudengar suara itu lagi. Suara yang begitu halus, hingga cukup membuatku kembali ke alam bawah sadarku itu lagi. Sekali lagi, kutatap kembali namja yang ada di hadapanku ini. Ya Tuhan, ia begitu sempurna. Wajahnya begitu tampan, pembawaan dirinya juga begitu dewasa, dan lagi suaranya bagaikan suara malaikat. Ah, mungkin aku saja yang bodoh. Selama ini hanya mengenal namja seperti setan macam Key ini.
“Aish, Jonghyunnie. Kau tak dengar tadi aku sudah menyebutkan namanya? Namanya Han _______. Ingat HAN ________.” Key menegaskan kembali perkataannya. Hari ini memang suasana hati Key tak begitu baik. Kudengar kekehan pelan keluar dari bibir mungil Jonghyun-sshi. Tawanya halus, seperti sebuah basa-basi pergaulan. Bukan bermaksud meremehkan.
“Aniyo Kibum-ah, aku ingin mendengar sendiri yeoja manis ini menyebutkan namanya.” Ia mengedipkan sebelah matanya ke arahku. Dan benar saja, ini kedua kalinya aku harus terjun kembali ke dunia khayalan. Ah, Jonghyun-sshi. Sepertinya kau ingin terus menggodaku dan mempermalukanku di depanmu.
“Ya ! Kim Jonghyun, dasar playboy kelas teri kau.” Key memukul perut Jonghyun-sshi pelan. Kulihat raut wajahnya berubah. Seperti menahan rasa sakit. Aish, apa benar pukulan Key begitu menyakitinya?
“Jonghyun-sshi, gwenchana?” Tanyaku khawatir. Ia tersenyum lalu menganggukkan kepalanya cepat.
“Gwenchana. Akhirnya aku bisa juga mendengar suara manismu itu agasshi.”
Deg.
Lagi-lagi ia membuaiku dengan kalimat-kalimat manis yang keluar dari bibirnya itu. Aku semakin heran kenapa ada mahluk sesempurna ia, bahkan saat Tuhan juga menciptakan mahluk semacam Key.
“Han ________ imnida.”
“Oh, ________-ah. Kupanggil kau seperti itu ya? Kita teman bukan?”
Kusunggingkan senyumku lalu kuanggukkan kepalaku. Kudengar suara decakan pelan dari samping kananku. Kuyakini itu Key, ah mengganggu saja.
“Sudah cukup perkenalannya. Sekarang aku dan ________ ada urusan. Jonghyunnie, annyeong.” Key kembali menarik tanganku kasar. Membuatku hampir tersengkuyung beberapa kali. Umpatan-umpatan kecil hampir saja kulayangkan padanya kalau saja aku tak ingat kata nenekku. Jangan jadi perempuan pengumpat. Apalagi jika ada malaikat di dekatmu.
Aku tersenyum mengingat pesan bodoh itu. Kubalikkan badanku ke arah Jonghyun-sshi. Ia melambaikan tangannya ke arahku. Sedang satu tangannya yang lain, ia selipkan dalam saku celananya. Benar-benar pose seorang model.
***
Tuhan menciptakan jantung,
Agar terus berdetak selama kita masih hidup,
Tapi tahukan kau, bahwa ada saat dimana jantung
‘benar-benar berdetak’ ?
Aku yakin, inilah saatnya. Tuhan sudah menggariskan padaku. Jantungku telah berdetak. Membuatku yakin, bahwa inilah yang harus kuperjuangkan untuk masa depanku. Inilah, anugerah yang Tuhan ciptakan untuk manusia. Anugerah yang Tuhan berikan untuk membuat manusia saling mengasihi. Anugerah yang diyakini bernama cinta.
***
“Kau suka padanya ?” Key membuka suaranya. Raut wajahnya berbeda. Keseriusan nampak begitu jelas terpampang di matanya. Tak ada nada candaan dari pertanyaannya tadi.
“Aniyo. Aku tidak suka padanya. Aku mencintainya.” Kutegaskan kalimat terakhirku. Kulihat kembali perubahan air muka Key. Ia cukup tersentak dengan pernyataanku barusan. Tapi bagiku, ini sedikit mengurangi bebanku selama ini. Toh setidaknya, aku tak lagi menanggung rasa sakitnya cinta di diriku ini sendirian.
“________-ah, kau yakin? Tapi kita ini kan bersahabat. Kita bertiga bersahabat ________-ah. Aku tak ingin ada yang tersakiti dan menyakiti di sini. Kau tahukan kalau…” Segera kusela pembicaraannya. Ah, dia memang selalu berlebihan dalam menghadapi suatu masalah.
“Ara..ara.. Kibummie. Percintaan dengan sahabat itu bukan anugerah. Itu cobaan. Persahabatan memang dilandasi cinta, tapi jika cinta itu dilanjutkan dalam percintaan yang sebenarnya, belum tentu akan bertahan sebuah persahabatan. Begitu kan maksudmu?”
Key mengangguk lemah. Sorot matanya mulai meredup. Sebuah senyuman layaknya seseorang yang tengah kecewa justru kulihat diwajahnya sekarang. Ah aku tahu maksudmu Key. Kau hanya tak inginkan persahabatan kita bertiga hancur?
“Ternyata kau lebih tahu daripadaku.” Ia memaksakan dirinya membuka suara. Mencoba mencairkan suasana sepertinya. Ah, mianhe Key, kau jadi repot karna masalahku ini.
“Key aku mencintainya. Bukan menyukainya. Beda cinta dan rasa suka, kalau suka itu kita memerlukan sebuah alasan. Kalau cinta hanya satu alasan yang mendukung. Ketulusan Key. Aku tulus mencintainya. Hanya dia yang bisa membuat jantungku berdetak. Hanya dia yang bisa membuatku merasakan alasan ketulusan itu.”
Key menggelengkan kepalanya. Tangannya yang diam tak bergerak segera kuraih. Kugenggam erat. Mencoba untuk menenangkannya.
“Kau akan tahu saat kau mulai merasakan apa namanya cinta itu Key. Saat dimana jantungmu berdetak untuk seseorang.” Kutegaskan kata-kata itu sekali lagi. Aku tahu Key pasti saat ini sangat ketakutan seandainya persahabatan ini benar-benar hancur.
“Aku tahu. Aku tahu rasanya ________-ah.” Suaranya pelan. Nyaris tak terdengar. Meskipun aku tahu yang dikatakannya, aku yakin akan lebih baik jika aku tak membahasnya saat ini.
***
“_________-ah.” Sebuah suara yang begitu akrab kudengar tak jauh dari tempatku berdiri saat ini. Segera saja kuedarkan pandangan ke semua penjuru untuk mencari sosoknya itu.
“Jonghyunnie.” Kututup novel yang sedari tadi menemaniku. Perlahan kugeser tempatku duduk. Memberinya sedikit tempat untuk mengistirahatkan diri yang nampak begitu melelahkan.
“Kau sedang apa disini?” Jonghyun menanyaiku. Lagi-lagi sikap lembutnya itu kembali membuatku terkagum. Ia benar-benar sosok yang sempurna.
“Entahlah. Hanya sekedar beristirahat. Kau?” Ia mengernyitkan dahinya, lalu tertawa renyah.
“Aku hanya menikmati indahnya dunia. Kau tahu _______-ah, kurasa kau harus mencari namja chingu.” Ia meraih bahuku. Menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Membuat dapat mencium aroma tubuhnya itu.
“Namja chingu? Aku tak mengerti apa maksudmu Jonghyun-ah?” Kudorong tubuhnya. Agak kasar, tapi jujur saat ini aku tak mengerti maksud perkataannya tadi.
“Ye. Aku rasa kau harus belajar memperhatikan seseorang. Agar orang itu juga memperhatikanmu.”
***
Aku mencintaimu
Karna seperti katamu
Aku harus belajar memperhatikan orang yang aku cintai
Meskipun orang yang itu tak memperhatikanku
Karna itulah anugrah Tuhan
Berupa cinta
Kupikirkan kembali perkataan Jonghyun siang tadi. Aku harus mencari namja chingu? Apa ini sebuah alibi agar aku segera menyatakan cintaku padanya? Apa memang harus aku yang membuatnya sadar bahwa aku jatuh cinta padanya? Kuacak rambutku kasar. Kubanting tubuhku ke tempat tidur. Ah, saat ini aku benar-benar bingung.
***
Sender : Jonghyun
Message : hei nona cantik,
hari ini temui aku di taman ya J
aku ada perlu denganmu
Sebuah senyum tersungging di bibirku. Ah, Jonghyun-ah. Mungkin ini saat yang tepat untuk menyatakan perasaanku padamu. Segera saja kuraih mantelku. Berlari keluar rumah. Kudengar umma meneriakkan namaku. ‘Mian umma, anakmu sedang berjuang saat ini. Mencoba meminta pertanggung jawaban kepada seorang namja yang membuat jantung anakmu ini berdetak.’
***
Kugosok kedua tanganku. Cuaca kota hari ini cukup dingin. Kabut tipis melingkupi hampir seluruh jalan-jalan di kota ini. Dan bodohnya, karna terlalu bersemangat aku lupa memakai topi dan sarung tanganku. Kulirik jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kiriku. ‘Sudah hampir dua jam aku duduk seperti orang bodoh disini. Mana dia? Jonghyun-ah, setengah jam lagi kau tak datang. Aku akan pulang.’ rutukku.
Kurogoh saku mantelku. Mengambil ponselku yang sepertinya sejak tadi bergetar tak sabaran. ‘Omo, lima pesan singkat dan tujuh belas panggilan tak terjawab?’ batinku. Kutekan tombol hijau untuk mengecek. Semua ini dari Key. Aish, kurang kerjaan saja anak itu. Kubuka pesan pertamanya.
Sender : Kibum – kibum
Message : Ya, ________-ah,
kau jangan pergi ke taman dulu.
Atau setidaknya tunggu aku.
Ada-ada saja kau Key. Memangnya kenapa kalau aku pergi sendiri? Aku sudah besar tahu. Kubuka pesan keduanya.
Sender : Kibum – kibum
Message : Ya ! HAN ________ !
angkat telponku
Aku terkikik. ‘Setidak sabaran itukah kau Key? Hahaha. Maaf tadi ponselku dalam modus diam.’ Batinku. Kubuka pesannya ketiga.
Sender : Kibum – kibum
Message : aku di jalan. MACET.
tunggu aku.tahan Jonghyun sementara waktu.
Ingat! Jangan biarkan ia berbicara.
Arraseo ?
Ha? Apa maksudmu Key? Memangnya ada hal sepenting apa sampai kau mau menyusulku kesini? Kubuka pesan keeempatnya.
Sender : Kibum – kibum
Message : aku tak tahu kau sudah bertemu atau belum dengan Jonghyunnie.
Tapi sekali lagi kumohon padamu.
Jangan biarkan ia mengatakan apa-apa.
Yaksokhae?
Rasa penasaran itu menyerangku. Sebenarnya ada apa dengan Key? Kenapa dia harus sepanik itu saat tahu aku bertemu dengan Jonghyun. Karena penasaran berlebihan itulah, kuputuskan untuk langsung menghubunginya daripada membuka pesan kelimanya. Menurutku kali ini ia terlalu berbelit-belit. Padahal selama ini yang kutahu ia orang yang terlalu to the point. Baru kutekan tombol hijau di ponselku, kulihat Jonghyun melambaikan tangan ke arahku. Berlari kecil menghampiriku. Kuputuskan untuk menutup sambungan telepon tadi.
***
“Ah, _________-ah. Miannhe. Jalan kota hari macet sekali. Dan lagi pula tadi dia terlalu lama berdandannya.” Jonghyun menggaruk bagian belakang kepalanya. Sedangkan tangannya yang lain menunjuk seorang yeoja dengan gaun kuning yang saat ini berdiri disampingnya. Yeoja yang ditunjuk langsung bersemu merah.
“Ah oppa. Ne. Mianhada _________-sshi. Jonghyun oppa terlambat karena aku.” Ia membungkukkan badannya sopan. Senyuman manis terukir di bibir mungilnya. Cantik sekali. Entah kenapa aku merasa perasaanku mulai tidak enak saat ini.
“Ne. Gwenchaseumnika.” Kubungkukkan badanku. Sopan. Mencoba menghormati yeoja cantik ini.
“Hahaha. Miannhe Sekyung-ah.” Ia mengacak kepala yeoja itu pelan. Yeoja yang dipanggil Sekyung terlihat tidak terima dengar perlakuan Jonghyun. Ia mengerucutkan bibirnya. ‘Neomu kyeopta.’ Batinku. Jonghyun tertawa melihat tingkah yeoja itu. Entah kenapa, aku merasa adegan ini terlalu romantic dan aku tak pantas berada disini.
“Ah, _________-ah. Aku sampai lupa. Kenalkan dia Sekyung.” Ia meraih bahu yeoja itu. Mendekapnya cukup keras.
“Annyeonghasseyo _________-sshi. Shin Sekyung imnida.” Ia kembali membungkukkan tubuhnya. Senyuman itu kembali lagi tersungging di wajah cantiknya.
“Annyeonghaseyo Sekyung-sshi. Han _________ imnida.” Rasa penasaran mulai mengundangku. Sebenarnya siapa yeoja ini? Aku ingin membuka mulutku untuk menanyakan pada Jonghyun ia sudah terlebih dahulu menjelaskan.
“Sekyung dan aku sudah pacaran ________-ah. Baru sebulan sih. Kau sendiri kapan menyusul?”
Jeder. Mataku menatap matanya tajam. Mencoba mencari kebenaran itu. Tapi sepertinya ia serius dengan ucapannya barusan. Ia memasang senyum bahagia. Begitupula dengan Sekyung. Ah, kenapa harus seperti ini.
“YA! Han ________. Dari eh tadi eh aku eh meng ehm hub eh bungimu tapi…” Seseorang berteriak memanggilku. Aku hafal betul suaranya. Itu Key. Suara terengah-engahnya, teriakan galaknya. Key. Hanya Key yang bisa menyelamatkanku saat ini.
“Kibummie.” Jonghyun menyapanya. Aku tak tahu apa yang Jonghyun lakukan saat memanggil Key. Yang jelas aku tak sanggup menatap senyum bahagia itu. Aku betul-betul tak sanggup.
“Mianhe Jonghyun, aku ada urusan yang lebih penting daripada perkenalan bodoh ini dengan _______.” Key menarik tanganku kasar. Aku sempat terhuyung, tapi tetap kubiarkan. Aku tau, tanpa tarikan paksa Key mungkin aku takkan sanggup beralih dari tempatku tadi. Samar aku mendengar teriakan Jonghyun. Disusul umpatan yang menurutku hal terkasar yang pernah kudengar dari mulut manis Jonghyun itu.
***
“Menangislah.”
Kuangkat kepalaku. Kutatap wajahnya. Ia tampak begitu tampan saat ini. Pembawaannya dewasa tapi tunggu, kenapa aku merasa wajahnya amat menyedihkan.
“Gwenchana. Memangnya ada apa?” Kubuat suaraku seceria mungkin. Tapi sepertinya, bukan hal mudah menipu seorang Key.
“YA ! HAN __________ !” Bentaknya. Saat bersamaan pula aku justru tertawa. Semakin keras.
“KIM KIBUM. BISAKAH KAU BERHENTI MENERIAKIKU?” Kugertak Key cukup keras. Ia mengernyitkan dahinya lalu aku tertawa lepas sekali lagi.
“Memangnya ada apa denganku?” Suaraku melembut. Kuselipi nada manja di dalamnya.
“Kau belum tahu kalau Jonghyun dan Sekyung itu..” Ia menggantungkan ucapannya. Tapi aku tahu kemana arah pembicaraan ini. Kucoba menahan emosiku.
“Aku tahu. Maksudmu pacarankan? Kibummie, Key, atau siapapun namamu sekali lagi kutegaskan padamu ya..” Kuhentikan ucapanku. Mencoba menarik napas dalam sebelum melanjutkannya.
“Aku mencintai Jonghyun bukan menyukainya. Kalau aku hanya sekedar menyukainya, pasti saat ini aku sudah menampar, menjambak, dan kuku-kuku ini sudah bersemayam di wajah cantiknya karna emosi. Tapi sayangnya, aku MENCINTAI Jonghyun. Aku merelakannya asal ia bahagia. Tuhan sudah menggariskannya padaku dan aku percaya itu.” Panjang kujelaskan padanya. Raut kebingungan tampak begitu tersirat di wajahnya.
“Begini Key, aku sangat mencintai Jonghyun. Kalau kau tanya apa aku sakit, jujur aku sakit. Sangat sakit. Tapi kau lihat Jonghyun tadi. Dia nampak begitu bahagia dengan gadis itu. Harusnya ini saat untukku ikut bahagia dengannya. Begitu pula kau Key. Kita bertiga sahabat bukan?”
“Tapi Han ________, aku juga mencintaimu. SANGAT MENCINTAIMU.” Ia menekankan emosi pada kalimat terakhirnya. Aku sedikit terkejut, namun tak begitu kaget. Ini sudah dugaanku dari dulu.
“Miannhe Key. Tapi aku lebih menganggapmu sebagai kakak.” Kulangkahkan kakiku menjauhinya. ‘Mian Key, aku tak pantas untukmu.’
Flashback end
***
A million words would not bring you back to me
I know because I’ve tried,
Neither would a million tears
I know I’ve cried
Aku hanya seorang gadis yang mencintai seseorang dengan sangat egois. Aku berkata aku baik-baik saja di depan orang lain. Tapi justru tak berdaya saat berhadapan dengan hati kecilku. Aku mencintai orang yang membuat jantungku kembali berdetak. Tapi saat ini, orang itu juga yang menghentikan detakan ini.
Aku hanyalah seorang gadis biasa
Aku sadar aku bukan Tuhan yang bisa memberikan semuanya dengan ikhlas pada manusia
Aku sadar aku bukan malaikat yang bisa dengan sukarela menerima begitu saja perlakuan iblis
Aku egois? Memang.
Aku menangis dan berkeinginan merebutnya dari tangan gadis itu? Kalau benar lantas kalian mau apa.
Aku manusia biasa
With or without your attention, I’ll always love you
Dia yang membuat jantungku berdetak
Karena itu aku takkan semudah itu membiarkannya menghentikan detakan jantung itu
SARANGHAEYO KIM JONGHYUN…
***
“Love is like falling down
in the end you’re left hurt,
scarred,
and with a memory of it FOREVER”
***
sekian cerita saya paling gak jelas ini. syukur kalo ada yang baca. kalo gak juga gapapa =))
thanks for your attention. wait for your comments my dear =))