Please, Listen to Me ! (part 3)

Tittle  : Please, Listen to Me ! (part 3)

Author : ninanino a.k.a. ninasomnia

Genre : romantic, friendship

Cast :

  • Han Kihyun a.k.a. author (bisa diganti nama kalian juga kok)
  • Lee Hyukjae a.k.a. eunhyuk super junior
  • Lee Sungmin a.k.a. sungmin super junior
  • Cho Jisun a.k.a. another cast
  • Another Super Junior’s member

Disclaimer : I just do my own story. DON’T LIKE ? just ignore THIS. don’t COMMENT in this FF? just do your own story and FEEL what if your story doesn’t get a RESPONSE. sorry, if I hurt you with this statements 😥

Previous Chapter : Part 1, Part 2

***

Hyukjae dan aku terlalu sering bermusuhan, meski hanya untuk hal kecil. Tapi sepertinya kali ini agak berbeda. Lebih dari dua minggu, dan dia belum menghubungiku. Aku sebenarnya bukan orang yang gengsian atau malu mengakui kesalahan sendiri. Tapi aku lebih tak ingin membuatnya marah. Seorang Hyukjae terlalu mengerikan saat meluapkan amarahnya.

Aku mengecek pesan masuk dalam ponselku. Tak ada satupun pesan dari Hyukjae. Begitu juga dengan email yang ada. Sama sekali tak ada. Aku bosan dengan keadaan seperti ini. Ingin rasanya aku pergi ke tempat latihannya sekarang juga. Tapi, melihat wajah marahnya itu lebih mengerikan daripada serangan ELF.

Kupaksakan diriku melupakan hal tadi. Kemudian melanjutkan diriku dengan berbagai pekerjaan yang menumpuk. Lalu memeriksa ulang jadwalku hari ini. Bertemu klien setelah makan siang, lalu dilanjutkan menemui mediator untuk terakhir kalinya. Aku sedikit heran dengan hal terakhir, kenapa seorang anak berusia 23 tahun harus mengikuti mediasi sebelum perceraian orang tuanya. Bahkan aku sudah bisa bekerja sendiri.

Tapi tiba-tiba sesuatu mengalihkan diriku dari berbagai pikiran tadi. Kubaca ulang jadwal hari ini. Bertemu klien seusai makan siang di restoran. Tunggu, kenapa harus restoran itu? Restoran yang letaknya tak jauh dari SM Entertainment ini, pasti akan banyak staff SME yang aku kenal disana. Terlebih bagaimana kalau seandainya aku bertemu dengan ‘dia’. Pikiranku menerawang jauh. Entah kenapa membayangkannya saja, aku merasa takut.

***

“Ah ye. Tentu saja Sooyeon-sshi. Kami senang membantu anda. Kalau anda punya saran yang lain, anda bisa segera memberi tahu saya.”

“Aku sudah puas dengan konsepmu Kihyun-sshi. Aku berharap, foto pre-wedding ku nanti benar-benar sesuai harapanku dan calon suamiku.” Klienku tersenyum lebar. Nampak jelas kepuasan terpancar di wajahnya. Aku sambut jabatan tangan yang terulur di hadapanku. Meremasnya lembut lalu menggerakkannya berirama untuk waktu tertentu. Setelah dirasa cukup ia beranjak pergi. Aku sempat menghantarkannya sampai depan pintu restoran. Lalu kembali ke mejaku, merapikan barang-barangku.

“Apa semuanya benar seperti dugaanmu hyung?”

“Ya ! Ryeowookie, dia hanya bercanda.”

“HAHAHA…” Aku berbalik. Menyadari bahwa semuanya tepat terjadi seperti dugaanku. Aku pasti akan bertemu dengan para member di sini. Terlebih ini waktu makan siang belum berakhir.

Aku kembali berkutat dengan barang-barangku yang belum selesai kubereskan. Aku yakin mereka tidak menyadari keberadaanku disini, karna jujur tempatku berada cukup memojok. Tapi, sepertinya aku tetap harus menyapa mereka. Keluarga Hyukjae, sahabatku. Yang berarti keluargaku juga.

Kulangkahkan kakiku cepat. Aku hafal betul dimana posisi mereka duduk. Dari tempatku sekarang aku bias melihat beberapa member. Tidak lengkap sepertinya. Hanya terlihat Teuki oppa, Heechul oppa, Yesung oppa, Ryeowookie, dan Kyuhyunnie. Tinggal beberapa langkah lagi aku sampai di meja mereka, aku baru sadar Hyukjae tidak ada disana.

“Annyeong…” Sapaku. Kyunnie yang pertama melihatku langsung berdiri dari tempat duduknya. Membalas sapaanku, lalu menyenggol Yesung oppa yang ada di hadapannya. Kini semuanya menyadari keberadaanku. Beberapa malah menyambutku dan memelukku erat.

“Kau dari mana saja babo.” Chullie oppa memukul kepalaku pelan. Membuatku sedikit meringis merasakan rasa sakitnya.

“Darimana ? Apa maksud oppa ? Aku tidak mengerti.”

Kyuhyunnie berdeham agak keras. Mengisyaratkan sesuatu yang aku yakini ditujukan untukku. Sedangkan yang lain hanya diam tanpa suara.

“Oh…” Aku membulatkan bibirku. Mulai mengerti maksud pertanyaan barusan. Tapi sebelum aku menjawab, seseorang memanggilku.

“Kihyunnie. Kau disini ?” Aku tersenyum mendengar suara lembut Sungmin oppa. Wajahnya benar-benar tampan saat ini. Dengan senyuman yang aku rindukan. Kuanggukan kepalaku bersemangat. Meski hal itu tak berlangsung lama saat aku sadar ada Hyukjae dibelakangnya. Dan satu lagi, Jisun menggandeng tangan Hyukjae mesra.

“Kihyun-ah, kau disini ?” Suara itu. Suara yang aku rindukan lebih dari dua minggu ini. Membuatku hamper berteriak di tempat ini. Jisun juga menyapaku sopan. Membuatku sedikit agak canggung.

“Aku baru saja bertemu klien disini. Dan sebenarnya aku jarang mampir karena pekerjaanku akhir-akhir ini terlalu menumpuk.” Kucari alasan sebisaku. Dari sikap mereka aku yakin tak ada kecurigaan yang tersirat.

“Lagi-lagi alasan pekerjaan. Memangnya seberapa besar bisnis fotografimu itu. Sampai sama sekali tak bisa meluangkan waktu ke tempat latihan.” Suara Hyukjae menyela pembicaraanku. Tak lama kemudian disusul teriakan kesakitan dari mulutnya itu. Kuikuti pandangan mata membawaku, sepertinya ada seseorang dengan sengaja menginjak kaki Hyukjae. Memberinya isyarat agar menjaga perasaanku mungkin.

“Mian Hyukjae-ya. Mianhe.” Permintaan maafku kutujukan untuk mereka semua. Mereka hanya tersenyum seperti memaklumi kondisiku. Aku sendiri merasa salah tingkah. Bodohnya dua minggu belakangan melupakan keluarga seperti mereka.

“Tenang saja noona. Kalau kau mengkhawatirkan Eunhyukie hyung, dia selalu diperhatikan oleh Jisun noona. Dua minggu terakhir membuat mereka semakin mesra. Lagipula Jisun noona selalu membawakan makanan enak selama kau tidak ada.”

“Kyuhyunnie.” Desisan pelan keluar dari bibir Sungmin oppa. Aku benar-benar menyayangi mereka. Entahlah, aku merasa mereka sebenarnya hanya berusaha ingin menjaga perasaanku.

“Jeongmalyo ? Omo, gomapta Jisun-sshi. Aku benar-benar berhutang padamu karena sudah mau menggantikanku menjaga mereka.” Jisun tersenyum lalu menghampiriku. Meraihku kedalam pelukannya.

“Gwenchana. Kau tidak perlu sungkan seperti itu padaku. Lagipula mereka itu keluarga namjachinguku kan ?” Deg. Aku menjadi terlalu sensitif mendengar kata namjachingu itu. Entah mengapa aku merasakan rasa sesak di dadaku. Terlebih jika mengingat pernyataan Kyuhyun tadi.

“Tetap saja aku harus berterima kasih padamu, Jisun-sshi. Oh ya, aku sedang terburu-buru. Aku undur diri dulu. Maaf sebelumnya. Besok aku akan mampir ke tempat kalian.”

“Noona, apa kau tak mau duduk dulu bergabung bersama kami?” Pandangan penuh harap kembali kulihat.

“Gomawo Ryeowookie. Tapi aku benar-benar sedang terburu-buru. Semuanya, annyeong.” Aku berbalik lalu berjalan pelan menjauhi mereka. Hingga tak lama aku mendengar suara Hyukjae bergumam pelan. “Pekerjaan lagi. Aish, benar-benar gadis pekerja keras.”

Mendengar itu membuatku justru ingin segera undur diri dari tempat ini. Pernyataan tadi cukup membuatku tersindir. Apalagi membayangkan ada Jisun disana menggantikan posisiku.

***

“Lusa kami akan mengadakan pesta kejutan ulang tahun Kyuhyunnie, apa kau mau ikut?” Aku terdiam memikirkan tawaran Leeteuk oppa. Demikian juga beberapa member yang berkumpul disini. Menunggu jawabanku sepertinya.

“Lusa? Tanggal tiga maksud oppa?” Pertanyaan ini hanya dibalas anggukan oleh Sungmin oppa. Mata Hyukjae menatapku penuh harap.

“Acaranya jam berapa oppa?” Tanyaku lirih. Berusaha tidak membuat mereka kecewa dengan memastikannya sekali lagi. Mudah-mudahan tidak sama dengan…

“Jam sepuluh pagi. Tepat seusai latihan musical Kyuhyun. Bagaimana?” Kali ini giliran si eternal magnae Ryeowookie. Membuatku terdiam tepat saat mendengar kalian jam sepuluh pagi keluar dari mulutnya itu.

“Sebenarnya aku…aku…aku tidak bisa.” Aku sedikit gugup saat ingin mengatakan ketidak sanggupanku ini. Kudengar helaan napas berat, meski aku tak tahu itu siapa. Aku menundukkan kepalaku takut sebelum melanjutkan alasanku.

“Kali ini apa? Pekerjaan lagi? Sebenarnya seberapa banyak pekerjaanmu Han Kihyun?” Hyukjae meluapkan emosi tepat saat aku akan membuka mulut. Leeteuk oppa berusaha mendinginkan suasana dengan mengatakan tidak apa-apa kalaupun aku tak bisa datang.

“Tidak apa bagaimana hyung. Dia tidak bisa datang di acara Kyuhyun, keluargaku. Apa seperti itu yang disebut sahabat? Mengorbankan keluargaku demi perkerjaan konyolnya itu.” Ucapan Hyukjae membuat perasaan bersalah menghinggapiku sepenuhnya.

“Eunhyukkie, dia juga punya urusan. Kau jangan terlalu egois seperti itu.” Suara Donghae oppa membantuku. Membuatku sedikit lebih baik, meski tidak sepenuhnya terbebas dari perasaan takut.

“Aish, bela aja dia. Lagipula kita masih punya beberapa yeoja lain yang mau membantu. Dan kau, kenapa kau masih disini Han Kihyun? Apa kau lupa, pekerjaan menunggumu sekarang.” Dia menekankan pada kata pekerjaan. Seolah jijik, ia mengusirku dari sana. Beberapa teriakan dari para member kudengar begitu jelas. Menyuruh Hyukjae untuk berpikir jernih atas tindakannya ini.

Aku berjalan perlahan tanpa sempat berpamitan pada mereka. Toh mereka sepertinya masih terlalu sibuk dengan perdebatan dengan kata-kata Hyukjae barusan untukku. Saat ini pertahananku runtuh. Air mata yang sedari tadi kutahan kini telah membasahi pipiku.

“Aku akan usahakan datang. Doakan saja.” Teriakku memaksakan diri tanpa perlu berbalik lagi menghadap mereka.

“TAK PERLU. KALAU KAU TAK BISA, TAK-PER-LU-DA-TANG ! ARRA !” Sindiran ini kurasa lebih mengena daripada sebelumnya. Tak peduli mereka sadar atau tidak, aku berlari secepat mungkin.

***

Jam tangan berwarna kuning keemasan tepat melingkar di tangan kiriku. Jarum-jarumnya menunjukkan bahwa ini telah lewat dari pukul sebelas. Taksi yang kunaiki bahkan belum mencapai separuh perjalanan ini. Kupaksakan diriku menawarkan tawaran menggiurkan pada supir ini. Tapi, seberapa besar tawaranku sepertinya memang bukan salahnya jalanan ini macet.

Aku sampai tepat di depan gerbang gedung musical ini. Sekali lagi kulihat jam di dalam taksi tadi. Hampir jam dua belas siang. Dan aku tidak mengenal siapapun yang ada disini. Bagaimana aku bisa masuk ke dalam sana?

“Ah, Kyuhyunnie. Kau harus mentraktir kita semua.” Suara Teuki oppa membuatku terkejut. Aku segera memposisikan diri. Bersembunyi untuk sementara waktu.

“Nde hyung. Lagian aku sudah sering mentraktir kalian. Aku tidak sepelit kau hyung.” Wajah Kyuhyun terlihat lucu saat ini. Tapi kelucuan itu terhenti tepat saat Leeteuk oppa melayangkan pukulan ke kepalanya.

“Hahaha. Sudah-sudah hyung, Kyuhyunnie. Kita berangkat sekarang ?” Ryeowookie bersuara. Menenangkan suasana yang terjadi sebelumnya.

“Kajja. Kita makan di dekat sini saja. Ngomong-ngomong Kihyun benar-benar tidak datang ternyata.” Deg. Perasaan tidak enak benar-benar melandaku sekarang. Ingin rasanya keluar dari persembunyian bodohku untuk segera menemui mereka dan meminta maaf akan keterlambatanku.

“Oh, iya. Aku belum melihat Kihyun noona. Kemana dia? Aish, padahal kukira dia yang paling semangat menyiapkan kejutan untukku.”

“Cho Kyuhyun, memangnya kau siapanya? Hahaha.” Sungmin oppa tertawa pelan. Bermaksud mencairkan suasana yang mungkin akan memanas sekali lagi. Aku mendelik, melirik ke arah Hyukjae yang sedari tadi terdiam.

“Sudahlah, jangan bahas dia. Kalau dia tak bisa datang ya sudah. Itu haknya.” Hyukjae berjalan mendahului mereka. Mungkin ini saat yang tepat untukku muncul.

“Lagipula, aku lebih suka dia tak datang hari ini.” Jujur aku terkejut setengah mati mendengar ucapannya ini. Namun, sepertinya aku sudah bertindak terlalu ceroboh. Aku sudah keluar dari tempatku bersembunyi sedari tadi. Dan benar saja, Ryeowook yang pertama kali melihatku.

“Kihyun noona.” Mata mereka semua beralih menatapku. Dan bodohnya saat itu aku justru tak bisa menahan emosi. Air mata yang sempat menggenang justru terjatuh tanpa penghalang. Mereka terdiam tanpa berani bersuara.

Berat, aku mendekati Kyuhyun. Mulutnya menganga seolah tak percaya yang ada di hadapannya ini benar-benar aku. Hyukjae? Jangan tanya. Aku tak berani menatap ke arahnya.

“Ini. Saengil chukae Kyuhyunnie. Semoga semua keinginanmu dikabulkan. Aku…aku…hanya ingin kalian semua bisa…bisa bersahabat selamanya.” Aku menghentikan ucapanku. Kotak kecil yang sedari tadi kubawa kini telah berpindah tangan ke Kyuhyunnie.

“Sukses untuk kalian semua. Aku pamit. Annyeong.” Cepat tanganku menghapus air mata yang mengalir tanpa henti ini. Segera membungkukkan badan lalu beranjak pergi. Tanpa sempat mengecek seberapa mengerikannya aku saat ini, aku naik ke dalam taksi asal. Tak kupedulikan teriakan mereka memanggil namaku. Toh aku tak mendengar suara Hyukjae yang meneriakkan namaku.

***

Aku mendengar berulang kali halmeoni mengetuk pintu kamarku. Memanggil namaku agar aku mau membukakan beliau pintu. Sebenarnya aku ingin sekali menjawab. Tapi tidak dengan keadaan seperti ini.

“Lagipula, aku lebih suka dia tak datang hari ini.”

Ucapan Hyukjae selalu terngiang di pikiranku. Berbagai macam pandangan buruk melayang begitu saja. Entahlah, aku tak tahu persis apa yang ada di dalam pikiran Hyukjae sendiri. Tapi yang jelas, dadaku masih sesak sampai saat ini jika mengingat ucapannya saat itu.

Aku memang bukan kekasihnya, yang diharapkan untuk selalu bersamanya. Aku bukan orang yang dicintainya, yang selalu diinginkannya untuk dilihat. Tapi setidaknya, akulah orang yang mencintainya. Yang mungkin orang lain belum tentu sebaik aku mencintainya.

Ponselku berulang kali bergetar sejak kejadian kemarin. Tapi entahlah, rasanya malas untuk mengambilnya. Aku pasti hanya akan membaca pesan pertanyaan bodoh seputar keadaanku. Entah dari Hyukjae atau member lain.

Tepat saat itu, kurasakan seseorang masuk dan membelai lembut punggungku. Hal ini membuatku langsung menelungkupkan kepalaku ke balik bantal. Takut seseorang melihat betapa besarnya mataku setelah seharian menangis.

“Tenanglah. Mama sudah pernah melihatmu dalam berbagai keadaan. Kau tak perlu malu dengan wajahmu itu.” Sontak aku bangun. Memeluk mama erat. Perasaan takut sekaligus lega kini bercampur aduk. Entahlah tapi aku saat ini merasa nyaman.

“Ceritakanlah sayang. Kalau kau menganggap perlu, kau boleh bercerita pada paman. Kalau tidak ya sudah tidak apa. Mama tidak akan memaksa.” Tangan itu kembali membelai punggungku. Tepukan-tepukan pelan menyusul seiring dengan keluarnya suara tangisan dari mulutku. Mama mengeratkan pelukannya padaku, tapi masih dengan penuh hati-hati. Seolah aku ini bayi yang bisa terluka kalau terlalu kencang digendongannya.

“Sudahlah, tenang. Disini ada mama.” Tepat saat mama mengatakan itu, rasa kantuk luar biasa mulai menyerangku. Aku yang sebenarnya sedari tadi memikirkan bagaimana mama bisa tahu tentangku, seakan mulai lupa. Aku mengantuk dan pelukkan mama membuatku semakin nyaman.

***

::to be continued::

aduh, agak lama ya ? maaf saya jarang ol sekarang =)

mudah-mudahan masih ada yang mau baca.

hehehe =))

thanks for your time, and please leave some comments =)

XOXO

2 pemikiran pada “Please, Listen to Me ! (part 3)

  1. wuaaahh makin lama si hyukjae makin sialan ya -,- jahat amet!! kasian kihyun…. gue bisa rasain perasaanya saat jd dia waktu mendengar kata2 hyuk itu

Tinggalkan komentar